Story Of My Life

Aku adlah seorang anak yang lahir dari 2 insan sama seperti kalian, aku punya 2 adik dan 2 kakak, tapi kakakku yang pertama pergi entah kemana, mungkin karena dulu Ibuku  tak merawatnya dan tugas itu diserahkan kepada bibinya. Ya memang dia tak seayah denganku dan berada terlalu jauh dari sentuhan kasih sayang Ibuku.

Aku tumbuh seperti anak lelaki biasa, sampai tragedi itu dimulai dan merusak seluruh hidupku, kejadian yang tak ingin kuingat, kejadian yang merusak seluruh kebahagiaanku, kejadian yang membuatku kembali mengeluarkan air mata ketika mengingatnya dan kejadian yang ingin kulupakan, tapi entah mengapa kejadian itu selalu muncul kembali dalam benakku dikala ku sendiri dalam sepi.

Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar dikota Sukabumi, mungkin karena Ibuku selingkuh dan Ayahku mengetahuinya menjadikan Ia marah besar. Hal yang seharusnya tak kulihat dan kudengar pada massa itu membuatku dewasa sebelum waktunya.

Setiap hari kumelihat pertengkaran orangtuaku, tak jarang mereka bertengkar dihadapanku, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya melihat dan mendengar mereka saling melontarkan kata-kata kekesalan mereka masing-masing.

Sampai akhirnya tiba puncak dari semua itu, hal yang tak disangka-sangka selama ini. Mereka bercerai, mereka menarik tanganku kesana-kesini untuk medapatkan hak asuh. Aku hanya bisa diam dan menangis disudut ruangaan ketika mereka melepaskanku dan kembali saling mengeluarkan kata-kata yang tak ingin kudengar.

Ayahku berhasil membawaku dan tinggal di Jakarta bersama keluarga dan sepupu dari Ayahku, Aku berusaha tegar dan berbaur dengan lingkungan baru yang kutemui. Setelah aku duduk di bangku SMP, Opah ku mengenalkan seorang wanita kepada Ayahku. Saat itulah semua kepedihan yang ada semakin mendalam, tak lama berhubungan akhirnya Ayahku memutuskan untuk menikahinya, aku tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa berharap semua kan bahagia.

Setelah lama berunding Ayahku memutuskan untuk menikah di kota asal Ibu baruku yaitu di Cianjur, Akupun terpaksa untuk pindah sekolah dan meninggalkan sahabat dan saudara yang sudah aku sayangi. Dengan berat hati aku pergi dari Jakarta dan tinggal bersama Ibu baruku.

Tak disangka-sangka ternyata Ibu baruku berlainan kepercayaan denganku dan Ayahku, Ayahku pindah kepercayaan mengikuti Ibu baruku, tapi aku tetap pada pendirianku dan tak akan mau untuk pindah kepercayaan karena aku tahu mana yang baik dan mana yang tidak untukku.

Selama 4 bulan aku terus dihujani suntikan kata-kata dari Ibu baruku untuk pindah agama, aku menjadi kesal dan tak betah berada dirumah, setiap hari aku pulang malam dan menerima caci-maki Ibu baruku. Kata-katanya sudah tak mempan padaku. Ayahku tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya diam. Mungkin dia takut pada Ibu baruku karena Ayahku sudah tidak bekerja lagi dan Ibu baruku lah yang bekerja.

Setiap hari Ayahku menitipkan uang jajan padaku untuk membeli sepiring nasi diluar rumah saat aku pergi ataupun pulang sekolah, itupun ayahku memberikannya tanpa sepengetahuan Ibu baruku. Tak jarang aku mencuri waktu untuk membawa bekal kesekolah agar aku bisa menggunakan uang dari Ayahku untuk hal-hal lain yang kuinginkan.

Biasanya aku bermain game komputer seharian agar aku bisa lupa akan keadaan yang sangat menusuk hati ini, memang itu berhasil tapi seusai itu, rasa itu kembali hadir dan menyelimuti seluruh hatiku. Aku tak berdaya menghadapi semua itu.

Kekesalan Ibu baruku mencapai pada puncaknya, aku diusir dari rumah ketika aku menginjak kelas 3 SMP, untung aku punya banyak teman yang peduli padaku dan mau untuk menampungku dirumahnya tanpa membayar sepersenpun.

Mereka begitu baik padaku, akupun tak bisa membalas meraka dengan harta benda karena aku tak punya apa-apa selain tenagaku yang bisa dimanfaatkan, setiap hari aku menyapu, mengepel lantai dan membersihkan  piring-piring kotor yang menumpuk. Semua kujalani dengan ikhlas mengingat tak sedikit biaya yang mereka keluarkan untuk menghidupiku.

Selama 1 tahun aku tinggal dirumah itu aku berniat untuk hidup mandiri ketika aku masuk ke jenjang yang lebih tinggi, tepatnya ketika aku lulus SMP aku berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada temanku karena mau merawatku selama ini.

Aku berjalan menyusuri jalanan untuk mencari tempat kos yang murah. Masih kuingat waktu itu aku mempunyai uang sebesar 100rb. Selama 4 hari aku berada diluar rumah dan tidur dimanapun aku menemukan tempat untuk berbaring, tak jarang aku tidur di musola atau taman kota. Dalam benakku yang penting bisa tidur dan sekolah untuk melanjutkan hidupku.

Semua bajuku kutitipkan di warnet dan sebagian di rumah temanku agar tidak menggangku aktifitas mereka.
Saat aku pulang dari latihan beladiri, aku berniat pergi kerumah temanku berharap dapat tempat untuk tidur malam itu, aku setengah berlari karena waktu itu hari sudah gelap dan waktu menunjukan pukul 10 malam.
Ditengah jalan aku bertemu dengan teman seperguruanku dan menyapa. Kami berbincang-bincang sebentar dan dia menanyakan dimana rumahmu? aku hanya bisa diam sambil menundukan kepala.

Akhirnya akupun menceritakan semua yang kualami, Dia menatapku dengan haru dan membawaku kerumahnya. Dia berkata, Cepat ikut kerumahku, ada kamar kosong nganggur tuh di atas sayang g ada yang pakai". Aku hanya bisa menagguk dan bilang, "Aku akan bayar 100rb perbulan". Dia hanya mengiyakan saja sambil membawaku dengan sepeda motornya.

Setelah ku menginjak kelas 2 SMK, aku mencoba bekerja pada sebuah Warnet dan semua berjalan lancar tetapi pemilik warnet yang tidak membayarku penuh, hanya 100rb/bln beserta uang makan 10rb, tak mengapa, yang penting aku masih bisa tuk makan dan tidur dengan tenang itu sudah cuku. setelah 1 tahun lebih ku tinggal, pemilik rumah menyarankan agar aku pindah karena ruangan yang ku pakai, akan di pergunakan oleh anaknya. Aku bingung setengah mati, aku harus kemana?? tak punya tujuan lagi, hidupku seperti dulu lagi, kesana kemari mencari tempat untuk menyandarkan pundak yang sudah mulai lelah. kala itu aku sudah berenti dari pekerjaanku karena aku dituduh mencuri komponen komputer. Padahal saya bekerja dengan baik, ya sudahlah.

Ternyata yang melakukan semua itu adalah orang kepercayaanya BOS, dia mencuri dan mengganti seluruh komponen dengan model lama, akhirnya dia kabur entah kemana. dari situ BOS menyuruhku untuk bekerja lagi, tapi aku tidak mau karena semua pelanggan sudah kabur.

Teman sangan berarti bagiku kala itu, mereka memberikanku makan, tempat tidur, dan kamar mandi untuk aku pakai. Tapi tak mungkin aku terus-terus seperti ini, aku sadar, aku menjadi beban mereka.
Sampai akupun mencari tempat kosan baru yang harganya terjangkau, aku kembali berjalan mengelilingi kota Cianjur tuk mendapatkan kosan yang murah. Ditemani oleh ke-2 sahabatku, aku menyusuri jalanan kota tak tentu arah mau kemana.

Sudah 4 jam kami berkeliling, kami lelah, gelisah, dan putus asa.
Kami berhenti di sebuah bangunan kosong bertingkat untuk melepas lelah, kami menaiki tangga dan diam di lantai teratas. Aku terdiam, membisu memikirkan nasib saya yang begitu mengiris hati.
Tak terasa, air mataku jatuh membasahi pipi ini, dalam hati aku bicara. Tuhan, begitu berat cobaan yang kau berikan kepada hambamu ini. Aku sangat kesal kutinju dan kutendang beton-beton di sekeliling tanpa memperdulikan rasa sakit yang kurasa.

Ke dua temanku hanya bisa diam melihatku dan sesekali menasehatiku agar tetap tenang dan tegar dalam menjalani cobaan ini.
Aku tak tahan dengan keadaan ini, kulihat kebawah terbesit keinginanku untuk terjun dan mati meninggalkan dunia ini, meninggalkan semua kesengsaraan ini. Tapi, sahabat-sahabatku berhasil memperingatkanku akan hal yang tidak seharusnya kuperbuat, aku teringat akan adik-adikku yang masih duduk di bangku smp dan sd yang membutuhkan biaya yang sangat besar.

Akupun kembali duduk diam bercucuran air mata, dalam isak tangisku aku berniat, aku tak boleh selamanya seperti ini, aku harus bisa untuk menjalani hidup ini, aku harus bangkit dari keterpurukan ini!
Kami pun bergegas untuk mencari lagi kosan yang murah. Tapi karena hari sudah malam, kami memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

Tak ada tujuan lagi selain kepasar, karena disana ada temanku yang berjualan nasi uduk aku bisa tidur di taman kota dan membantu dia berjualan supaya mendapatkan uang dan makanan.
hampir selama seminggu aku tidur dijalan dan mengalami banyak pengalaman pahit, Aku sudah tau banyak tentang dunia malam yang begitu kelamnya di kota ini yang mempunyai slogan yang indah yang ternyata sangat buruk sekali kenyataannya.

Suatu hari, aku bertemu dengan temanku yang tinggal di harmoni, aku berkenalan dengan pemuda di sana, dan berbincang-bincang sambil bersenda gurau, akhirnya mereka menawarkan untuk menyewa kosan yang menengah dengan cara membagi pembayaran kosan dengan rata.
Karena mereka ingin mempunyai tempat untuk base camp yang bisa digunakan untuk bersantai saat pulang sekolah.

Namun tak lama, hanya bertahan 2 bulan karena ada salah satu teman yang mempunyai masalah dengan kehidupannya, akhirnya keuangan kacau dan kami memutuskan untuk tidak lagi menyewa tempat itu,
tapi saya tak lagi binggung saya sudah punya tempat untuk pindah kosan.

Dari sini kehidupanku mulai ada titik terang, akhirnya aku bisa lulus dari SMK dan bekerja sebagai seorang karyawan pada perusahaan swasta, masih banyak yang harus aku kerjakan, masih banyak yang harus aku lalui dalam kehidupan ini.. entah pahit ataupun manis, tapi aku kan tetap menjalaninya dan akan terus bangun meski aku terperosok dalam jurang yang dalam.





4 komentar:

  1. Sumpah terharu ampe nangis gue ger bacanya. . .kisah lo ampir sama kayak gue cuman bentuknya aja yang berbeda. . .gue salut sama lo diumur lo yang segitu lo udah bisa hidup mandiri. . .hebat banget deh lo gue acungin 4 jempol sekaligus buat lo, tetap sabar ya ger, gue percaya sama lo, mudah" dari kejadian ini buat lo semakin dewasa dan moga lo menjadi orang yang sukses bisa ngebahagian bokap lo, tetap seperti itu yah kawan. . .lo harus percaya SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA. . .

    BalasHapus
  2. thanks Va... makasih banget... aminn... moga lu juga dapet apa yg lu mau aminnn

    BalasHapus
  3. ok sipp sama". . .aminnn yaa roobbal alamin semoga aja itu terjadi. . .masih bisa nahan sabar ko gue. .gue berharap jangan sampe diva yang dulu balik lagi hanya karena gara" ini. . .

    BalasHapus